Senin, 22 November 2010

Komisi V DPR

Menyaksikan Kabar Petang pada TV One mengenai "Anggota DPR menelantarkan TKI di Jedah" ternyata setelah dikonfrontir tidak sekeji itu.

Tetapi tetap, dari penggambaran komunikasi antar Anggota DPR dengan salah satu Sukarelawan, ternyata tercermin adanya "Kasta" di situ

Kalau anggota DPR merasa memiliki "Kasta" yang lebih tinggi dari rakyat yang diwakilinya, bahkan yang menggajinya.

Sungguh tidak tau malu mereka ya....

Minggu, 21 November 2010

Ariel Peterpan vs Sumiati

Kasus ariel yang heboh dihujat oleh kelompok Islam katanya sangat menjunjung tinggi moral keagamaannya membuat saya awalnya, melihat hal yang positif dari hujatan itu sendiri. Padahal buat beberapa keluarga harmonis yang sempat saya tanyakan, mereka sangat tidak terganggu adanya kasus video porno tersebut. Karena menurut mereka, dalam masyarakat global, segala sesuatu dapat dikomunikasikan kepada anak-anak mereka, mana yang baik mana yang buruk.

Jadi intinya, hanya orang tua yang tidak bisa mendidik anaknya secara komunikatif-lah yang merasa video tersebut mengganggu.

Di lain pihak kita melihat kasus yang menimpa diri Sumiati di "Tanah Suci", yang jelas-jelas menginjak-injak martabat orang Islam itu sendiri. Tapi kita tidak melihat ada kelompok Islam yang katanya sangat menjunjung tinggi moral keagamaannya, membela Sumiati dengan gigih, seperti menuntut Ariel secara gigih pula.

Saya jadi nggak simpati dan tidak percaya lagi....

Rabu, 10 November 2010

Zainudin MZ dan Aida

Awalnya saya berfikir, kalau Zainudi MZ paling tidak menggunakan "Pencemaran Nama Baik" kalau tidak menuntut balik.
Dengan digantinya nama "Tim Pembela ... Zainudin MZ" menjadi "Tim Mediasi ... Zainudin - Aida" memberikan makna lain bagi kita semua.

Tim Pembela mempunyai makna: "Membela Yang Benar". Dengan diganti namanya menjadi Tim Mediasi????

Anak kecil juga tahu...... siapa ya yang salah?????

Kalau ber-apologi, bahwa manusia adalah tempatnya salah. Maka jalan keluarnya, kalau masih jadi manusia biasa, jangan suka menasehati orang lain (Khotbah), karena Anda akan lupa menasehati diri Anda sendiri.

Kasihan donk umatnya, mengagumi orang yang salah. Ini berlaku untuk semua peng-khotbah dari semua aliran agama manapun.

Selanjutnya, semoga kita semua tidak terkecoh. Amin amin amin...

Obama

Kedatangannya ke Jakarta yang hanya kurang dari 24 jam, membuat macet di mana-mana. Tetapi semua Stasiun TV menyiarkan cerita yang hanya sisi baiknya saja.

Baso Sate dibahas di TV One pada jam 9.24 pagi, untuk dikembangkan sebagai makanan yang dapat dikembangkan bagi pengusaha kecil.

Inilah cerminan Bangsa kita, yang selalu ingin menempatkan diri sebagai inferior. Sehingga lebih suka menjelekan saudaranya sendiri, ketimbang orang lain.

Coba kalau yang bicara pengembangan Baso Sate itu adalah Menteri Perdagangan, mungkin akan menjadi bahan cemoohan. Tetapi lagi-lagi, karena Obama yang mengatakan, Baso Sate tiba-tiba mempunyai potensi yang besar.

Hehehehe, mungkin ini soal waktu, tapi????

Kalimat berikutnya

Rabu, 20 Oktober 2010

Demo SBY

Saya sepakat, kalau pemerintahan SBY dikatakan NEOLIB, karena memang masih terasa benar dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan sampai saat ini. Tetapi dalam alam demokrasi, dalam diskusi di depan publik seharusnya diberikan waktu yang seimbang, antara yang Pro dan Kontra.

Wawancara pagi tanggal 20 Oktober 2010 di TV One, koq sepertinya memihak pada pendemo. Hal ini terlihat, 90% kesempatan menyampaikan pendapat adalah orang-orang yang ingin mendemo (Fadjroel, Budi, dan Mahasiswa)

Sementara setiap kali, pak Sutan dari Demokrat ingin menjawab, selalu disela oleh iklan atau hal-hal lain. Seolah-olah Indie pressenter TV One mendapat order untuk menghalangi opini dari pak Sutan.

Saya tidak ingin mengkait-kaitkan siapa dibelakang TV One (yang dimiliki oleh Grup Bakri), tetapi dengan caranya Indie membagi waktu ketika mewanwancara kedua belah pihak tersebut, nyata benar keberpihakannya. Apakah ini merupakan inisiatif dari Indie sendiri, atau inisiatif dari manajemen?


Jumat, 23 Juli 2010

Pola Kriminalisasi

Sebagai orang awam hukum, saya melihat bahwa di negara kita tercinta ini, koq rada tidak logis ya....

Pasalnya, kebanyakan yang ditangkap bukan pelaku kejahatannya, tetapi korban kejahatannya.



Contoh Korban Narkoba

Saya ambil contoh, kalau kita jalan-jalan ke Stasiun Pusat Frankfurt Jerman, kita akan disuguhi tontontan orang-orang korban Narkoba, yang sedang memakai narkoba yang disediakan oleh Pemerintah Setempat. Sementara mereka dijaga Polisi, kalau-kalau ada ketahuan yang mengedarkannya.

Melihat hal tersebut di atas, jelas bahwa korban Narkoba tersebut sangat dilindungi, tetapi pengedarnya dihukum sangat berat.

Beda sekali dengan di Indonesia, pengedarnya tidak diekspos habis-habisan dengan alasan kerahasiaan dalam pengejaran (atau justru untuk menutupi Bandar Besar yang KKN), tetapi justru korbannya yang diekspos habis-habisan.

Contoh Pembeli Awam yang membeli barang Curian
Contoh lain, ketika seorang yang awam dalam membeli barang, sebut saja membeli Sepeda Motor. Dia sendiri tidak tahu kalau barang itu barang curian, tetapi ketika ditangkap, si pembelilah yang dikriminalisasi sebagai "Penadah" yang seharusnya diproses sebagai saksi terlebih dahulu. Untuk kemudian sebagai bahan penangkapan Mafia Pencuri itu sendiri.

Contoh menyebarkan properti pribadi
Kalau ini masih hangat. Masa cuma Ariel dan cewe-cewenya yang diekspos habis-habisan. Tetapi penjahat yang mengakibatkan properti pribadi tersebut dapat menimbulkan dampak negatif malah adem ayem. Sebab kalau properti pribadi itu tidak disebar luaskan, mungkin Kakek Nenek kita juga nggak tau, dan tidak terpengaruh.


Kalau soal moral, kita sama-sama tau koq, masih banyak tokoh yang berbuat lebih dari Ariel. Dan jangan dibolak-balik, Artis itu bukan panutan, hanya orang yang bodoh mengatakan artis itu panutan. Yang selayaknya dan seharusnya jadi panutan, justru anggota DPR, para Tokoh Alim Ulama.

Senin, 26 April 2010

Susno Duadji sangat mencintai Pancasila dan UUD 45

Banyak orang yang mencoba memojokan Susno Duadji dari konteks tidak loyal terhadap lembaga dimana Susno dibesarkan.

Melihat sepak terjang Susno Duadji, sudah saatnya kita memilah-milah dengan cermat.

Sebab, pembeberan Susno Duadji terhadap adanya kegiatan korupsi di lingkungan Ia bekerja, berarti Susno ingin lembaga tersebut bersih. Dimanapun doktrinnya Pegawai atau Aparat Pemerintah Indonesia loyalitas tertinggi adalah Pancasila dan UUD 45 yang pasti bersih dari Korupsi. Jadi tindakan Susno Duadji membongkar mafia hukum di tubuh Polri (lembaganya sendiri) adalah tindakan yang sudah sangat tepat.

Tetapi mengapa ia disebut oleh politisi dari Partai Demokrat, seperti saya kutip dari Detik.com "Kenapa bapak baru membuka masalah makelar kasus ini sekarang?Harusnya kan bapak bisa membongkar ini dari dulu. Ya maaf bapak sudah kayak pendekar mabok saja," kata Ruhut di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (8/4/2010).
Source : http://www.detiknews.com/read/2010/04/08/153053/1334723/10/ruhut-sebut-susno-bak-pendekar-mabok

Kita mungkin lupa, kejadian tahun 1998, betapa kuatnya kroni-kroni ditubuh Lembaga Pemerintahan dan Pemerintahan itu sendiri, sehingga kekuatan apapun dari dalam tidak akan pernah bisa merubah kekuasaan rezim Soeharto yang korupsi.

Dan saya pikir kekuatan Susno ketika menjabat Kabareskrim yang diikat oleh "Sumpah Jabatan" yang begitu Bersifat Mengikat ke Dalam Lembaga ketimbang mengikat kepada loyalitas kepada Pancasila dan UUD 45, memposisikan dirinya harus manut kepada atasannya.

Memang saatnya sekaranglah, ketika Ia tidak lagi terikat oleh Sumpah Jabatan, Ia lebih bisa leluasa mengungkapkan kasus-demi-kasus.

Terlepas Susno sendiri bersih atau tidak, terlepas dari niatnya membongkar karena ia sakit hati atau apapun, tetapi niatnya membongkar Mafia Hukum / Makelar Kasus patut diajungi jempol.

Rabu, 10 Maret 2010

Rieke Vs Dokter Rasyidin

Dari kejadian yang dituliskan inilah.com, saya jadi tertawa terbahak-bahak. Karena Rieke melaporkan kepada polisi tentang dirinya yang dipeluk dan ingin dicium oleh Dokter Rasyidin.

Tanggapan teman-teman Dr. Rasyidin, bahwa mungkin beliau melakukan itu karena saking senangnya ketemu idolanya, jadi hubungan penggemar dan artis. Sementara teman lainnya, menyatakan bahwa Dr. Rasyidin adalah Uztad yang alim.

Tetapi kenyataannya menurut Rieke, beliau dipeluk dan ingin dicium.

Berarti pada kejadian Rieke VS Dr. Rasyidin ada pandangan baru, bahwa penggemar (meskipun Uztad) dan artis boleh pegang-pegangan walaupun bukan Muhrim, hehehehehe

http://www.inilah.com/news/read/2010/03/11/393402/rieke-vs-dokter-rasyidin-cukup-minta-maaf/

TAMAT

Senin, 01 Februari 2010

Selamat Datang "Nasional Demoktrat"

Rakyat Indonesia kekinian masih pada tahap mengenal apa itu demokrasi, sehingga mereka masih kurang peka dengan rasanya dan tanggung jawab, untuk hidup di negara demokrasi.

Oleh karenanya, masih banyak tokoh - karena tidak bisa disebut pemimpin, yang ingin memanipulasi masyarakatnya dengan trend yang mungkin sedang berjalan.

Partai Demokrat merupakan partai pertama di Indonesia yang menggunakan "Demokrat" dan bukan "Demokrasi" seperti partai-partai terdahulu. Branding dari "Partai Demokrat" selain dari slogan dan janji-janji yang menyentuh, ternyata merek "Demokrat" memiliki celah yang sangat kompetitif.

Seperti dalam dunia marketing saat ini, banyak sekali produk-produk yang juga berhasil karena menggunakan nama atau logo yang menyerupai produk unggul sebelumnya. Di Indonesia kita dapat melihat, adanya sebuah perusahaan elektronik yang muncul dengan logo dan merek yang menyerupai produk unggulan. Ternyata dapat mendongkrat penjualan yang sangat pesat.

Tetapi logo "Nasional Demokrat" masih sangat menginspirasikan pada logo MetroTV dengan taste seni yang tinggi, sementara Partai Demokrat mengambil logo yang sangat sederhana, tetapi sangat mudah dicerna oleh rakyat jelata.

Dari sisi logo "Nasional Demokrat" justru jauh dari rakyat jelata yang ingin dibelanya.

Logo dan warna, adalah rasa yang tidak mudah diterjemahkan, tetapi dapat dirasakan, apakah benar-benar ingin dekat dengan rakyat akar rumput, atau justru ingin mengusainya saja????

Apapun alasannya, di alam demokrasi ini, kita harus berbesar hati menerima kedatangan aspirasi yang baru. Selamat datang "Nasional Demokrat"

Senin, 11 Januari 2010

Ketika Yang Nabrak Korban adalah Polisi

Hehehe, setahu saya kalau kita lagi jalan dan kita nabrak, dengan alasan apapun pasti kita yang salah. Apalagi kalau si korban sampai mati.

Setahu saya ada teori, jarak antara kendaraan sisi depan kita dengan sisi belakang kendaraan di depan kita, dimana ada perhitungannya dengan kecepatan kendaraan yang kita kendarai.

Juga jarak itu, mencakup jarak sisi samping kendaraan dengan sis samping kendaraan di samping kita.

Kalau sampai kecelakaan di depan kendaran itu, tidak bisa dihindari, yang salah siapa ya?

Istri Tewas & Suami Dipenjara
Lanjar Tak Bisa Diproses Hukum, Harus Dibebaskan
Didit Tri Kertapati - detikNews
Jakarta - Polisi menetapkan Lanjar Sriyanto sebagai tersangka dalam kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan istrinya tewas. Namun, langkah yang dilakukan polisi tersebut dinilai kurang tepat. Seharusnya Lanjar tidak bisa diproses hukum.

"Sebetulnya kesalahan tidak ada, karena istrinya tewas ditindas sama orang lain (mobil Isuzu Panther). Kepada suami tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan karena dia juga jadi korban dalam kasus ini," ujar pakar hukum pidana Rudi Satrio kepada detikcom, Selasa (12/1/2010).

Menurut Rudi, Lanjar memang menabrak kendaraan yang ada di depannya namun dia bukan penyebab kematian istrinya. "Seharusnya pada posisi tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan," jelas Rudi.

Apakah berarti pengemudi Panther yang harus bertanggung jawab atas kematian istrinya?

"Mereka juga tidak bisa diminta tanggung jawab, karena dalam keadaan mendadak seperti itu. Kan bukan kehendak dia untuk seperti itu," jawab Rudi.

Rudi mengatakan, solusi terbaik untuk menyelesaikan kasus ini adalah dengan membebaskan Lanjar dari jerat hukum yang ditimpakan kepada dirinya.

"Lebih baik semuanya dibebaskan, daripada harus diminta pertanggungjawaban. Karena tidak bisa dimintakan pertanggungjawaban pidana," tandas Rudi.

Lanjar, dalam kecelakaan tersebut, sebagai pengendara motor dinilai lalai sehingga terjadi kecelakaan karena menabrak mobil di depannya. Dalam kecelakaan itu, istri Lanjar, Saptaningsih, terpental ke tengah jalan dan kemudian terlindas mobil Isuzu Panther yang datang dari arah depan.

Sedangkan pengendara mobil Isuzu Panther yang menabrak dan menyebabkan tewasnya Saptaningsih tidak bisa dikenai status tersangka dengan dalih yang sama yaitu karena kelalaian.

Sumber : Detik.com

Melupakan Sejarah Demi Kepentingan Koruptor

Jam 7.34 pagi saya menonton Metro TV,
Saya kaget besar, ketika komentatornya mengkritisi Menteri Hukum dan Ham, untuk mundur karena melihat kenyataan adanya kamar penjara yang seperti hotel.

Kita sama-sama tahu bahwa pemberantasan korupsi itu baru gencar dilakukan pada 5 tahun belakangan ini, sehingga tidak mengherankan kalau korupsi itu sudah begitu mengguritanya.

Sementara pembongkaran korupsi di lembaga pemasyarakatan, baru dilakukan oleh Menteri yang saat ini menjabat. Ingat sejarahnya, belum pernah ada Menteri yang mau membuka kebobrokan di dalam lembaga pemasyarakatan.

Di sini terlihat bahwa si komentator berpihak kepada koruptor, agar dapat terus melanggengkan aksi korupsinya. Karena jika menteri yang justru mau memberantas mafia di lembaga pemasyarakatan tersebut diganti, maka menteri baru yang mungkin datang dari partai yang se-afiliasi dengan TV tersebut. Dimana pada zaman pemerintahan partai tersebut, koruptor memang dianak emaskan.

Minggu, 10 Januari 2010

Permintaan Maaf Kepada Bapak Susno Duadji

Melihat kesaksian Bapak Susno Duadji di persidangan mantan Ketua KPT Antasari, sangat mengejutkan saya secara pribadi.

Kalau sebelumnya saya sangat melecehkan pernyataan-pernyataannya. Tetapi pernyataannya dalam persidangan mantan Ketua KPK tersebut, membuat saya angkat topi.

Memang bapak Susno bukan orang yang pertama yang terketuk hati nuraninya untuk menegakan keadilan di bumi tercinta ini. Bapak Wiliardi Wizard sudah lebih dahulu mengungkapan kebobrokan yang ada di dalam tubuh POLRI yang kita cintai bersama.

Tetapi satu sisi, ketika dua orang Perwira Polisi sudah menyatakan kebenaran atau membongkar kebobrokan, di sisi lain seolah-olah ada yang kebakaran jenggot, yakni orang-orang Kejaksaan.

Pertanyaannya? Kapan dua unsur terkait (Kejaksaan dan Kehakiman) ingin pula mengikuti "Jejak Kebaikan" yang sudah terlebih dahulu dilakukan di dalam tubuh Kepolisian.

Karena sangat tidak mungkin adanya mafia peradilan, hanya dilakukan oleh satu lembaga saja, yakni kepolisian. Karena sebuah kasus itu khan jalannya di 3 (tiga) lembaga tersebut.
Proyek Bersih Parpol Hanya Slogan - AntiKorupsi.org